Seperti penjual profesional Rachel* berbicara dengan banyak menggunakan jargon yang tidak jelas saat dia ditanya lebih detail. Akun dia saat ini sudah tidak aktif, namun empat tahun yang lalu dia adalah seorang konsultan freelance untuk Oriflame Cosmetics di Medan. Dia menjalaninya seakan percaya bahwa profesi tersebut memilki prospek besar untuk menjadi wanita karir di Indonesian. “Jika anda bekerja keras maka anda bisa liburan ke luar negeri setiap tahun dan mengembangkan bisnis anda sendiri.”

Oriflame Cosmetics merupakan perusahaan asal Swedia yang telah berbisnis selama 45 tahun, dan beroperasi menggunakan skema pemasaran multi level, atau MLM. Beginilah sistemnya: pria ataupun wanita mendaftar sebelumnya, bukan sekedar menjual berbagai produk kecantikan dari perusahaan tersebut, namun juga untuk merekrut yang lain untuk bekerja sebagai konsultan, menciptakan struktur penjualan yang terlihat seperti piramida. Oriflame telah memiliki kurang lebih tiga juta anggota di 60 negara.

Namun Oriflame menyatakan bahwa mereka bukan sekedar hanya menjual produk; karena sebenarnya target mereka adalah untuk mewujudkan usaha impian mereka menjadi kenyataan.

“Kami percaya akan mimpi. Mimpi individu dan personal,” hal tersebut ditegaskan didalam websitenya. “Oriflame selalu memenuhi mempi. Inilah yang kami lakukan. Setiap hari. Bagi semua masyarakat seluruh dunia”. Perusahaan juga bertekad untuk mensejahterakan dan membantu “yang paling rentan dalam masyarakat”.

Menjadi bagian dari tim ini dengan mendaftar untuk menjadi konsultan. Di Indonesia, ini berarti anda akan menerima gaji dan insentif dari produk-produk yang anda jual, dengan prospek yang menarik untuk keamanan finansial para wanita yang mungkin butuh perjuangan yang sangat berat demi mendapatkan penghasilan.

Kesempatan terbatas

Menurut laporan tahunan tahun 2016, laba yang dihasilkan Oriflame yang beroperasi di Asia dan Turkey melonjak 9% pada tahun 2010 meningkat menjadi 44% ditahun 2016. Indonesia, bersama dengan Turki, Cina, India, Meksiko, dan Rusia teridentifikasi sebagai pasar strategis dalam pengembangan bisnis perusahaan global.

Rachel adalah contoh dari seorang wanita yang tertarik pada Oriflame. Dia berjuang untuk mendapatkan pekerjaan sejak menyelesaikan gelar sarjana dalam bidang komunikasi di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) pada tahun 2009. Dia tidak sendirian, menurut data dari Bank Dunia, terdapat 7.2 juta orang tidak memiliki pekerjaan di Indonesia. Rachel memiliki seorang putri berumur empat tahun dan suaminya berkerja diluar rumah sampai saat ini; bahkan seandainya pun Rachel mendapatkan pekerjaan, biaya kebutuhan logistik dan keuangan untuk biaya penitipan anak yang memadai maka akan membuat keluarga tersebut mengalami kesulitan keuangan.

Rachel and her husband have both struggled to find work in Medan which is why Rachel turned to Oriflame. Credit: Teguh Harahap

Namun informasi pendaftaran melalui website Oriflame Indonesia tidak ditemukan dan membingungkan. Menurut Rachel, pendaftaran untuk menjadi konsultan Oriflame di Indonesia butuh biaya awal sebesar IDR 50,000 (USD4), ditambah harus membeli paket produk perkenalan yang harganya mulai IDR119,000 (USD8). Juga termasuk produk awal senilai IDR200,000 (USD14) dan mendapatkan sebuah hadiah “gratis”, khusus Rachel dia mendapatkan tas tangan. Konsultan kemudian harus membeli lebih banyak produk agar mendapatkan akun Oriflame, yang membolehkan mereka mengakses tutorial bisnis dan pemasaran secara gratis, beserta seminar pribadi dikantor Oriflame Medan. Setiap tiga minggu sekali, Oriflame memproduksi katalog baru tentang produk kecantikan.

Para anggota diharuskan membeli produk baru dengan harga antara IDR 200,000 (USD14) sampai IDR900,000 (USD63) setiap bulan; semakin banyak produk yang dibeli, semakin tinggi level anda dalam perusahaan tersebut, dan semakin banyak porsi yang bisa anda hasilkan setiap merekrut anggota baru. Ini merupakan jumlah signifikan secara potensial dalam suatu negara yang berdasarkan data dari Bank Dunia, 27,7 juta hidup dalam kemiskinan dan rata-rata gaji pokok untuk lulusan universitas adalah IDR3 juta perbulan.

Nilai pengembalian dari perusahaan juga tidak terlalu menggembirakan. Pada saat menulis artikel ini, harga sebuah lipstik IDR129,000 (USD9) dibeli secara online, dan penjual tidak diperbolehkan untuk menaikkan harga penjualan. Penghasilan yang didapat konsultan antara 10% – 30% dari penjualan mereka, tergantung level mereka dalam perusahaan dan jumlah orang yang sudah direkrut. Secara keseluruhan, penghasilan mereka condong antara IDR20,000 sampai IDR270,000 yang didapatkan dari keuntungan penjualan setiap bulan, tergantung pada nilai harga produk yang sudah mereka jual. Untuk setingkat Rachel, yang berada di level “Business Class”, dia harus membayar IDR900,000 setiap bulan untuk membeli produk baru.

Menurut Rachel, banyak yang sudah mendaftar Oriflame tidak begitu berusaha keras dalam menjual apapun. “Saya pakai produk tersebut untuk saya pakai sendiri. Kamu juga bisa menjualnya atau memberikan kepada teman dan keluarga agar mereka menggunakannya,” kata Rachel.

Bagaimanakah, kemudian, setiap orang menghasilkan uang? Saat ditanya, Rachel dengan antusias meluncurkan penjelasannya ke tahap kedua mengenai strategi pemasaran perusahaan: perekrutan.

Para konsultan dianjurkan merekrut orang lain untuk mendaftar sebagai konsultan Oriflame. Perusahaan berjanji akan membantu juga melalui kursus pelatihan Oriflame Academy agar “meningkatkan pendapatan kamu” dan juga “mengembangkan pengetahuan kamu tentang kecantikan, kemampuan dalam bisnis dan manajemen.” Rachel menjelaskan bahwa dia merekrut orang lain dengan memposting berbagai promosi dari Oriflame dihalaman Twitter dan Facebook, namun enggan untuk melibatkan diri untuk perhitungan ekonomi dibelakangnya. Ketika ditanya berapa banyak yang dia hasilkan per anggota untuk perekrutan, awalnya dia mengelak: “Ini bukan tentang uang. Dalam agama saya kita diwajibkan untuk membantu orang untuk mendapatkan hidup yang lebih baik agar mendapatkan pahala.

“Mereka memberitahu kami jika orang bertanya kenapa gaji pokoknya begitu rendah maka kami harus menjelaskan bahwa mereka harus kerja keras untuk mendapatkan banyak uang”

Saat ditanya mendalam, dia menjelaskan bahwa struktur gaji pokok Oriflame – dari sekitar IDR100,000 (USD7) – juga termasuk dari jumlah orang yang anda sudah rekrut.  Semakin aktif konsultan yang anda rekrut, dan semakin banyak orang yang mereka rekrut, semakin besar pula jumlah gaji pokok yang anda dapat. Jumlah terbesar yang pernah Rachel dapat dalam sebulan adalah IDR1,000,000 (USD70).

Mengingat dia harus membayar IDR900,000 didepan untuk membeli produk-produk tersebut, kelihatannya tidak terlalu bagus. Tapi Rachel tidak harus berbohong saat menjual produk; dia telah terlatih dengan baik oleh Oriflame agar mampu membuat skema terlihat menarik. Rachel menjelaskan bahwa seminar pelatihan gratis mendorong para wanita agar bekerja keras: “Mereka memberitahu kami bahwa jika orang lain menanyakan kenapa gaji pokoknya terlalu rendah, maka kami harus menjelaskan kepada mereka bahwa mereka harus berkerja keras agar menghasilkan uang banyak. Pengajar menjelaskan jika kami tidak rajin maka kami tidak akan bisa menghasilkan uang banyak. Orang yang sukses adalah orang yang membangun jaringan bisnis.” “Membangun Jaringan”, tentu saja dengan merekrut banyak anggota.

Pesona dari kisah sukses

Bagi mereka yang berusaha meningkatkan penghasilan mereka, ada beberapa contoh model yang dijadikan panutan. Vonita Bermana Wicaksono adalah salah satu contoh kisah sukses besar untuk Oriflame di Indonesia. Suatu ketika, saat diadakan konferensi untuk bintang terbesar Oriflame, perusahaan tersebut  memproklamirkannya sebagai konsultan terbaik keenam didunia.

“Saya membuat keputusan untuk keluar dari pekerjaan saya saat suami saya harus bekerja di Kalimantan. Saat itu saya harus memilih bekerja [di Jakarta] dan meninggalkan anak saya atau mengundurkan diri dari pekerjaan saya,” kata Vonita di video Youtube dimana dia berbicara tentang bagaimana Oriflame mengubah hidupnya.

Untuk member lain yang juga memiliki cita-cita tinggi seperti Rachel, video Vonita sangat luar biasa. Video tersebut memperlihatkan kehidupan yang mudah dan mewah: pijat kaki di salon mewah sambil bekerja dengan laptopnya, mendapatkan sebuah mobil gratis dari Oriflame sebagai hadiah atas portfolio penjualannnya, mendapatkan liburan gratis ke Menara Pisa di Roma atau Sungai Thames yang dibiayai oleh perusahaan.

YouTube video

Untuk mencapai semua ini, Vonita harus menjual produk makeup dalam jumlah besar setiap bulan atau merekrut banyak penjual. Namun itu seperti tidak masuk di akal.

“Hampir semua skema ini menjelaskan bahwa anda bisa menghasilkan uang hanya dengan merekrut tiga atau empat atau lima, mari katakan lima [penjual baru]. Kemudian anda menganjurkan lima tersebut untuk merekrut masing-masing lima lagi dan anda mendapatkan  dua puluh lima perekrutan anggota baru,” Robert Fitzpatrick, Presiden organisasi konsumen anti MLM Waspada Skema Piramid, diceritakan CNBC tahun 2013. “Apa yang mereka tidak tunjukkan pada anda adalah bahwa anda bisa melakukan perekrutan hanya tiga belas putaran, dan anda akan melebihi populasi bumi.”

Menghabiskan untuk mendapatkan

Menyisakan anggota Oriflame aktif yang juga hadir dengan biaya bulanan. Inilah saat dimana mimpi-mimpi Rachel menabrak tembok. Suaminya, yang juga bekerja sebagai buruh lepas suatu lokasi konstruksi, terus mengalami luka akibat kecelakaan kerja karena dia tidak difasilitasi perlengkapan untuk keamanan. Merasa sangat takut kalau suatu hari nanti dia akan membahayakan dirinya sendiri atau tewas terjatuh dari atap, Rachel memintanya untuk berhenti.

“Tanpa uang gaji dia, saya tidak mampu untuk beli produk [senilai] IDR900,000 setiap bulan sehingga akun saya sekarang tidak aktif,” kata Rachel. “Vonita sedang beruntung saat dia memulai, karena suaminya sedang bekerja di Kalimantan dan dia menggunakan pendapatan suaminya untuk membeli produk-produk tersebut. Dia tidak pernah terjebak masalah”.

Implikasinya….bahwa kegagalan merupakan akibat kekurangan pada pihak konsultan, dan bukan cerminan atas model bisnis perusahaannya.

Rachel bukanlah satu-satunya yang menghadapi masalah. Saat ditanya apakah temannya telah sukses menjual produk Oriflame atau merekrut anggota baru, Rachek mengaku bahwa tidak ada dari mereka yang sukses, tetapi Rachel tetap bersikeras karena mereka tidak berusaha dengan maksimal, tidak menggunakan teknik penjualan yang benar, atau “bukan orang yang tepat untuk Oriflame”. Seminar Oriflame sangat menekankan untuk bekerja keras; Rachel menceritakan kembali sesi yang dia hadiri dimana dia diberitahu bahwa konsultan “beruntung” karena memiliki akses untuk kursus pelatihan secara online (yang mereka sudah bayar saat mendaftar) dan bahwasanya “anda seharusnya menghabiskan semua waktu kamu didepan laptop kamu untuk belajar sampai rambutmu rontok”.  Implikasinya, jelas bahwa kegagalan terjadi akibat faktor kekurangan pada pihak konsultan, dan bukan cerminan atas model bisnis perusahaannya.

Oriflame’s main office in Medan is packed with customers at the weekends. Credit: Teguh Harahap

New Naratif berkunjung ke kantor pusat Oriflame di Medan pada hari Sabtu. Suasana saat itu dipenuhi dengan para anggota, dan dibagian depan kantor terlihat seperti lautan mobil dan motor. Di dalam gedung Oriflame terdapat “ruang kecantikan” dimana para anggota bisa mencoba berbagai produk dan belajar bagaimana menggunakannya, sebuah konter penjualan dimana mereka bisa membeli berbagai produk makeup, dan beberapa ruangan dibelakang digunakan untuk seminar. Pada saat hari dimana kami berkunjung, sedang diadakan seminar untuk para konsultan tentang perawatan wajah. Konter kasir, dimana para penjual antri untuk pembayaran produk baru mereka merupakan bagian yang paling sibuk dari seluruh bagian perusahaan tersebut.

Saat New Naratif mencoba berbicara kepada perwakilan Oriflame, salah seorang anggota staf untuk pelayanan konsumen mengatakan bahwa pimpinan Oriflame Medan sedang diluar kota dalam rangka mengisi kegiatan seminar di Surabaya. Dia setuju untuk menghubungi dan membuat janji dalam beberapa hari kedepan, namun jawaban yang mereka berikan hanya sebuah pesan teks yang isinya agar pertemuan tersebut untuk dijadwal ulang. Menindaklanjuti panggilan, setelah beberapa hari, untuk mencoba dan mengkonfirmasi pertemuan berakhir dengan tidak mendapatkan jawaban.

Kesempatan bagus?

Bagi wanita dinegara-negara berkembang namun terbatasnya kesempatan, skema pemasaran multi level seperti Oriflame terlihat seperti jalan menuju kesuksesan dan kehidupan yang lebih baik; suatu cara untuk mencapai kesejahteraan finansial sekaligus memenuhi tanggung jawab dirumah. Dukungan dari kisah sukses seperti Vonita dijadikan sebagai daya tarik. Upaya untuk menghubungi dan mewawancarai Vonita berakhir dengan tidak ada jawaban bahkan sampai saat dia aktif melanjutkan video promosi Oriflame yang diunduh ke halaman Facebook milik dia.

Keraguan serius tetap ada mengenai apakah skema seperti itu benar-benar memberdayakan dan menguntungkan peserta mereka. Uang dengan jumlah yang besar – terkadang diluar batas kemampuan para wanita yang mendaftar – dibayarkan didepan, dengan sedikit pengembalian finansial. Berdasarkan angka yang dikemukakan oleh Rachel, para penjual Oriflame hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit dari penjualan mereka walaupun mereka telah menjual produk dalam jumlah besar setiap bulannya dan perekrutan tetap sama sekali tidak layak dijadikan cara yang berkelanjutan untuk menambah gaji seseorang.

“MLM bahkan membuat perjudian terlihat seperti taruhan aman secara perbandingan”

Fakta penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak seorangpun yang menghasilkan uang dari skema multi level marketing; laporan tajam yang dipublikasikan situs website Komisi Perdagangan Federal AS menyatakan: “Tingkat kegagalan dan kerugian pada MLM tidak sebanding dengan usaha kecil yang terlegetimasi, dimana telah terbukti memberikan keuntungkan  sebesar 39% dari lamanya umur bisnis tersebut selama beroperasi; sedangkan kurang dari 1%  merupakan keuntungan yang didapat peserta. Secara perbandingan, MLM bahkan membuat perjudian terlihat seperti taruhan aman.” Meskipun demikian, perkembangan perusahaan itu sendiri berjalan dengan baik; pada tahun 2016 total keuntungan kotor Oriflame EUR882.9 juta, atau hampir USD1.1 milyar.

Rachel tidak bisa lagi untuk membayar kebutuhan IDR900,000 per bulan untuk menjadi anggota aktif Oriflame. Dia sedang mengerjakan rencana lain: membangun bisnis baru yaitu berjualan pakaian secara online. Inilah pekerjaan yang dia nikmati, dan dia katakan bisnis tersebut berjalan dengan baik. Namun, dia masih bersikeras untuk tidak menyerah dalam mendapatkan janji-janji Oriflame.

“Saya sedang berusaha membuat bisnis pakaian saya sukses sehingga saya bisa menyimpan uang sebanyak mungkin” kata dia. “Kemudian saya bisa gunakan uang tersebut untuk kembali ke Oriflame.”

*Nama diubah untuk melindungi identitasnya.

Jika anda menikmati artikel ini dan ingin bergabung dengan gerakan kami untuk menciptakan ruang untuk penelitian, percakapan dan tindakan di Asia Tenggara, silahkan bergabung menjadi anggota New Naratif untuk hanya US $52 / tahun (US $1/minggu)!

Aisyah Llewellyn is a British freelance writer based in Medan, Indonesia. She is a former diplomat and writes primarily about Indonesian politics, culture, travel and food.