“Panggil saya BTP.”

Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, yang bebas dari penjara pada 24 Januari silam, kini meminta para pendukung untuk memanggilnya dengan inisial nama lengkapnya. Bagi banyak orang, permintaan ini merupakan upaya simbolis oleh mantan gubernur DKI Jakarta tersebut untuk meninggalkan masa lalunya.

“Saya keluar dari sini dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok,” tulisnya dalam dua lembar surat yang terbit pada 17 Januari, satu minggu sebelum meninggalkan Markas Komando Brigade Mobil Depok. Ia dibui selama dua tahun setelah dinyatakan bersalah menista Al Qur’an, kitab suci agama Islam.

Members only

Log in or

Join New Naratif as a member to continue reading


We are independent, ad-free and pro-democracy. Our operations are member-funded. Membership starts from just US$5/month! Alternatively, write to sponsorship@newnaratif.com to request a free sponsored membership. As a member, you are supporting fair payment of freelancers, and a movement for democracy and transnational community building in Southeast Asia.

Warief Djajanto Basorie - New Naratif

Warief Djajanto Basorie

Warief Djajanto Basorie reporter Kantorberita Nasional Indonesia, KNI, di Jakarta dari 1971 hingga 1991 dan pada waktu bersamaan menjadi koresponden Indonesia untuk DEPTHnews Asia yang berkantor pusat di Manila (DNA 1974-1991). Pada 1991, Warief bergabung dengan Lembaga Pers Dr. Soetiomo, LPDS, sebuah sekolah jurnalisme di Jakarta, sebagai pengajar dan pelaksana lokakarya-lokakarya jurnalisme tematik. Ia menjadi manager proyek tiga putaran lokakarya meliput perubahan iklim dari 2012 hingga 2017. Lebih dari 600 wartawan di provinsi-provinsi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, daerah-daerah mana rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan gambut yang mengemisikan karbon, pernah menjadi peserta.