Siang itu, Kamis, 8 Oktober 2015, langit Abepura—Abepura adalah kota yang dikenal sebagai pusat aktivisme di Papua—tampak cerah. Sekelompok pastor, frater, dan suster dari Gereja Katolik turun ke jalan-jalan bergabung dengan para demonstran untuk menuntut keadilan.
Para pelayan gereja ini tengah mempertanyakan dan menuntut akuntabilitas kasus penembakan berdarah di Paniai. Pada 2014, operasi gabungan Tentara Nasional dan Kepolisian Indonesia menembaki sekelompok warga Papua yang marah. Mereka memprotes aparat yang melakukan pemukulan anak-anak di Paniai. Human Rights Watch melaporkan, enam anak tewas dalam insiden ini, dan lainnya luka-luka.
Members only
Log in or
Join New Naratif as a member to continue reading
We are independent, ad-free and pro-democracy. Our operations are member-funded. Membership starts from just US$5/month! Alternatively, write to sponsorship@newnaratif.com to request a free sponsored membership. As a member, you are supporting fair payment of freelancers, and a movement for democracy and transnational community building in Southeast Asia.
