“Ini sudah stadium empat,” ucap Teguh Prayitno menggambarkan kondisi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipayung yang merupakan muara dari seluruh sampah di Kota Depok, Jawa Barat. TPA tersebut mencampuradukkan sampah organik dan anorganik hingga mencapai ketinggian lebih 10 meter; aroma tidak sedapnya bisa tercium hingga jarak setengah kilometer dari TPA.. Di arah timur, sebagian sampah bahkan sudah masuk dan mencemari Kali Krukut yang berada di pinggir TPA. Kepala Sub Bagian UPT TPA Cipayung tersebut mengatakan kepada New Naratif bahwa tempat itu adalah masalah dari Kota Depok, sehingga ‘tidak layak’ untuk didokumentasikan. “Saya pun tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar TPA ini,” imbuhnya. Sekalipun tidak ada peraturan khusus mengenai larangan mengambil gambar, Teguh mengatakan perintah itu datang langsung berasal dari Dinas Lingkungan Hidup sebagai lembaga yang mengelola dan mengawasi TPA.
Depok merupakan salah satu kota peraih Adipura, penghargaan lingkungan paling prestisius Indonesia, pada 2017 lalu. Meskipun demikian, kondisi TPA mereka tidak menunjukan bahwa Depok melakukan pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Kota satelit dari ibukota DKI Jakarta itu menghasilkan 800 ton sampah yang bermuara ke TPA Cipayung tiap harinya: jumlah ini merupakan ⅔ dari keseluruhan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Depok. Sisanya dikelola di Unit Pengelolaan Sampah pada tingkat kelurahan maupun kecamatan.
Berdiri sejak tahun 1984, TPA Cipayung mengalokasikan 5.1 hektar area sebagai zona pengumpulan sampah. Pada mulanya, terdapat dua lubang besar yang dijadikan tempat pembuangan. Namun seiring dengan membludaknya sampah yang dihasilkan masyarakat kota Depok, sampah di kedua lubang tersebut akhirnya berkumpul membuat satu tumpukan raksasa dengan tinggi lebih dari 20 meter.
Members only
Log in or
Join New Naratif as a member to continue reading
We are independent, ad-free and pro-democracy. Our operations are member-funded. Membership starts from just US$5/month! Alternatively, write to sponsorship@newnaratif.com to request a free sponsored membership. As a member, you are supporting fair payment of freelancers, and a movement for democracy and transnational community building in Southeast Asia.
