Dalam trilogi komik yang sangat personal ini, seniman visual dan etnografer Asmara S. Wigati membawa kita dalam perjalanan migrasinya melintasi pulau di Indonesia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Episode kedua ini merenungkan berbagai permasalahan birokratis yang terpaksa dihadapi orang-orang trans dalam percarian kerja maupun urusan-urusan penting lainnya.
Tag: LGBTQIA
Pemujaan Dewi Ibu: Ruang Aman bagi Jiwa-jiwa Queer Vietnam
Đạo Mẫu, upacara pemujaan dewi-dewi ibu membantu menstabilkan norma gender dan stigma terhadap komunitas queer di Vietnam. Tradisi ini dianggap menjadi ruang aman bagi orang-orang queer Vietnam, tempat mereka bisa mengekspresikan diri mereka yang sebenar-benarnya, karena iman melampaui stigma sosial terhadap orang queer.
Queerfobia dalam Ruang Redaksi: Di Balik Berita LGBTQIA+
Media nasional Indonesia lebih banyak memilih untuk tak mempublikasikan isu berkaitan dengan LGBTQIA+. Kalaupun ada, mereka justru turut serta dalam melanggengkan stigma terhadap komunitas queer. Kondisi ini diperburuk dengan sejumlah kebijakan yang melarang pemberitaan LGBTQIA+ hingga mayoritas orang dalam ruang redaksi yang queerfobik.
Keberanian dalam Kebersamaan: Sebuah Retrospektif Hari Visibilitas Transgender Internasional 2023
Editorial Manager Bonnibel Rambatan mempersembahkan sebuah komik personal eksperimental mengenai visibilitas, keberanian, dan kepedulian kolektif untuk Hari Visibilitas Transgender tahun ini.
Ekologi Queer: Delapan Karya Flash Fiction tentang Interseksionalitas SOEGIESC dan Keadilan Ekologi
Menjelang akhir 2022, kami meminta para penulis membayangkan: Bagaimana perjuangan queer dan ekologi bersinggungan serta mempengaruhi satu sama lain? Kami menerima hampir dua lusin kiriman, dari mana kami memilih delapan karya untuk dikembangkan. Berikut adalah rinciannya.
Laju
Himas memotret cerita yang amat indah tentang cinta, kehilangan, dan kerinduan. Sementara karyanya sebelumnya memotret dunia yang penuh potensi kebebasan di tengah berbagai tantangan, ceritanya kali ini mengisahkan tentang kehilangan dan kesepian yang harus ditanggung orang queer yang tidak punya banyak sumber daya, seperti kejahatan kebencian dan dampak eksploitasi lingkungan dalam keseharian mereka.
Yang Kuat Yang Bertahan
Ditulis dalam bentuk skenario drama, karya Ara menggambarkan esensi ekologi queer seperti yang diteorikan oleh Timothy Morton. Seperti yang disuarakan oleh karakter kecoa dia, “Penguin gay, tupai lesbian, lumba-lumba biseksual, ikan yang berganti jenis kelamin… semua itu ada di sana. Alam tidak memberi label pada hal-hal seperti itu.” Siapa yang bisa berkata tidak pada kecoa yang ahli filsafat?
Kerinduan Si Bebek Kecil
Tidak hanya manusia yang dapat merasakan kehilangan dan kerinduan akibat kematian mendadak. Karya Jing Ying mengeksplorasi dampak emosional kematian manusia pada binatang, membalik stereotip lawas yang menganggap alam akan lebih baik tanpa manusia. Dalam karya yang indah ini, si bebek kecil merasakan duka akibat kematian sahabat manusianya. Mengapa? Alasannya menjadi pekerjaan rumah pembaca untuk mengartikannya sendiri.
Taman Rainbow Adalah Rumahku
Sebuah narasi personal yang ditulis dengan gaya seperti buku harian, cerita Vio memancarkan kehangatan nostalgia sekaligus ketabahan. Sebuah karya yang amat indah yang tidak boleh kamu lewatkan.
Baterai
Satu lagi eksplorasi elemen tradisional, karya Korionto menggambarkan dunia pasca-apokalips. Dalam cerita ini, candi-candi yang tertinggal ternyata mengandung sel-sel pembangkit tenaga listrik, sementara menari bisa mengisi daya baterai. Namun, sebenarnya bukan kegiatan berjogetnya yang memberikan energi, tapi kepedulian kolektif yang diperlihatkan orang queer satu sama lain, kepedulian untuk dapat mengatasi transfobia yang bercokol dalam diri mereka sendiri serta prasangka-prasangka lain, memperbolehkan mereka untuk mencintai diri mereka sendiri secara utuh.