Gerakan bawah tanah kreatif Singapura biasanya tak punya rumah.
Ukuran pulau yang kecil dan harga sewa yang setinggi langit memaksa sebagian besar perusahaan hiburan untuk memprioritaskan pemrograman sebagai lini andalan mereka. Bagi klub malam, bar dan restoran, itu berarti bahwa pertunjukan diarahkan untuk memaksimalkan jumlah pengunjung—memikirkan DJ-model, ruangan VIP, dan tampilan-tampilan yang menarik untuk Instagram. Bagaimanapun, cara berpikir yang berorientasi profit itu masih menyisakan sedikit ruang untuk sajian alternatif.
Di lingkungan yang keras ini ada beberapa “permata” yang memenuhi selera para seniman dan musisi bersemangat kebebasan. Bertempat di dalam sebuah bioskop tua 1970-an, The Projector lebih dari sekadar sinema independen yang menayangkan film-film luar negeri—itu adalah pilar bagi budaya komunitas bawah tanah di Singapura. Sejak dibuka pada 2015, The Projector dan kafe terasnya, Intermission Bar, telah menjadi ruang tujuan bagi kelompok-kelompok yang menyelenggarakan acara-acara tidak biasa.
Members only
Log in or
Join New Naratif as a member to continue reading
We are independent, ad-free and pro-democracy. Our operations are member-funded. Membership starts from just US$5/month! Alternatively, write to sponsorship@newnaratif.com to request a free sponsored membership. As a member, you are supporting fair payment of freelancers, and a movement for democracy and transnational community building in Southeast Asia.
