Sebuah ruangan di dalam Woodlands Regional Library (perpustakaan regional di Singapura bagian utara) pada Sabtu itu penuh dengan penulis baru dan penulis yang sudah mapan. Mereka mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi oleh penulis Melayu di Singapura.
Di negara saya, Indonesia, pertemuan penulis semacam ini di daerah manapun akan didominasi oleh penulis-penulis milenial yang berusia antara 15-25 tahun. Di Singapura, pertemuan seperti yang berlangsung di Perpustakaan Woodlands ini dihadiri oleh mereka yang sudah tak berusia muda lagi, yang sebagian besar telah memiliki karir mapan di profesi masing-masing, di luar urusan kepenulisan.
Members only
Log in or
Join New Naratif as a member to continue reading
We are independent, ad-free and pro-democracy. Our operations are member-funded. Membership starts from just US$5/month! Alternatively, write to sponsorship@newnaratif.com to request a free sponsored membership. As a member, you are supporting fair payment of freelancers, and a movement for democracy and transnational community building in Southeast Asia.
