Perlu Bersih-Bersih

Halaman 1.
Panel 1. Ustad memimpin doa diikuti oleh saudara-saudara dan tetangga-tetangga.

Panel 2. Ustad, saudara-saudara dan tetangga bercakap-cakap setelah doa.
Ustad: “Alhamdulillah, Sur bisa bekerja di Singapura.” Bibi: “Jangan lupa berkabar kalau sudah sampai!”

Panel 3. Harapan-harapan yang disampaikan ke Suryati. Paman: “Nanti bisa bangun rumah.” Ibu: “Semoga hajatnya berhasil, ya, Nduk.” Paman: “Sekalian aja cari suami di sana!” Suryati: “Amin. pangestune, Bu.” Ustad: “Kalau pulang, jangan lupa oleh-olehnya.”

Panel 4. Paman: “Satu lagi: jangan lupa keluargamu dikirimi tiap bulan.”

Panel 5. Bubur merah dan bubur putih biasa disajikan untuk acara syukuran. Ibu: “Ayo, ayo, bubur merahnya dimakan. Seadanya, ya…”
Halaman 2.
Panel 1. Suryati tiba di tempat penampungan diantar oleh agen. 

Panel 2. Suryati dan agen mengetuk pintu rumah penampungan bersama.

Panel 3. Suryati disambut oleh rekan calon pekerja migran. Agen: “Sementara, kamu di sini dulu bareng yang lainnya.”

Panel 4. Suryati bercakap-cakap dengan sesama calon pekerja migran yang sudah lebih dahulu di sana. Rekan calon pekerja migran: “Baru datang, ya?” Suryati: “Iya. Kamu sudah lama?” Rekan calon pekerja migran: “Sudah sebulan.”

Panel 5. Suryati memikir: “Sudah sebulan belum berangkat juga?” Rekan calon pekerja migran: “Iya. Gara-gara COVID…ditunda terus.”

Panel 6. Luapan emosi Sur membayangkan penundaan tersebut.
Halaman 3 
Panel 1. Menjelang tidur dan percakapan antar calon pekerja migran. Suryati: “Terus di sini kita ngapain, ya, Mbak?”

Panel 2. Penggambaran suasana penampungan dan kamar tidur yang sempit dipakai beramai-ramai serta betapa tidak berartinya training tersebut. Rekan calon pekerja migran 2: “Latihan beres-beres!” Rekan calon pekerja migran 3’: “Padahal, ‘kan, kita sudah ahlinya.”

Panel 3. Rekan calon pekerja migran 1: “Sedikit-sedikit.” Suryati: “Ada kursus Bahasa Inggris juga, Mbak?”

Panel 4. Rekan calon pekerja migran 1: “Sudah, nggak usah dipikir. Mending tidur aja!”

Panel 5. Rekan calon pekerja migran 2: “Hoaahh... ngantuk banget!” Suryati: “Ini mah bukan training. Basa-basi doang, gak bikin pintar.” Rekan calon pekerja migran 3: “Mari tidur. Besok harus belajar nyapu!”

Halaman 4 
Panel 1. Agen menerima kunjungan pejabat setempat. Pejabat: “Training jalan, ‘kan?” Agen: “Siap, Pak. Jalan.”

Panel 2. Pejabat berbasa-basi dengan agen tentang training dan jumlah yang berhasil diberangkatkan. Pejabat: “Jadi gaji TKW boleh dipotong untuk uang jasa pelatihan mereka. Bulan ini berangkat berapa orang?”
Agen: “20 bulan ini, Pak. 25 bulan depan.”

Panel 3. Pejabat memastikan mendapat bagian dari hasil pemberangkatan tersebut. Pejabat: “Mantap. Jangan lupa bagian saya, ya!” Agen: “Siap, Pak. Sebagai pejabat pelindung kami, wajar bapak dapat bagian.”

Panel 4. Percakapan antara agen di Indonesia dan Singapura. Agen Singapura: “20 ya bulan ini? Bagian you seperti biasa, ya. Kita di Singapura sini sudah siap semua.”
Agen di Indonesia: “Siap, Bos!” Agen memikir: “Lumayan, bisa 400 juta perak lebih nih!”

Halaman 5 
Panel 1. Agen mengumumkan kepada calon pekerja migran mereka bisa berangkat ke Singapura. Agent: “Kabar gembira! Kalian akhirnya bisa berangkat!”

Panel 2. Tanggapan dan ekspresi gembira para calon pekerja migran. Rekan calon pekerja migran 1: “Yey! Sudah gak COVID?” Rekan calon pekerja migran 2: “Sudah 2 bulan aku nunggu–” Agen: “Gak usah dipikir, yang penting berangkat!”

Panel 3. Deskripsi lanjut bahwa training hanya basa-basi. Agen: “20 orang bisa berangkat termasuk kamu, Sur.” Rekan calon pekerja migran 2: “Wah, enaknya baru seminggu bisa berangkat.”

Panel 4. Agen: “Semua akan berangkat lusa. Sekarang tanda tangani surat-surat ini dulu!
Ingat ya! Gaji kalian 8 bulan buat nyicil… Habis 8 bulan bebas.”

Panel 5. Suryati: “Wah, S$550 perbulannya?” Agen: “Per bulan dipotong S$500 selama 8 bulan..Oh iya, semua paspor dan visa sudah siap..” Rekan calon pekerja migran 2: “Berarti, hampir 6 juta rupiah, ya?”

Panel 6. Kontrak kerja.
Halaman 6 
Panel 1. Peristiwa bergerak ke Singapura.

Panel 2. Majikan mendatangi agen penyedia tenaga kerja. Agen Singapura: “Biaya total jadi S$13,000, termasuk asuransi dan urusan terkait COVID.”

Panel 3. Keterangan biaya dari agen Singapura untuk mempekerjakan pekerja dari Indonesia. Agen Singapura: “Di dalamnya juga sudah meliputi biaya agen S$3,000, deposit security bond S$5,000 dan biaya penempatan S$3,000. Tapi yang bayar langsung di muka S$6,000 saja dulu. Yang lain bertahap.” Majikan laki-laki: “Gaji?” Agen Singapura: “Untuk awal per bulannya S$550, itu minimalnya. Nanti tergantung kesepakatan. Untuk 8 bulan pertama S$500 langsung transfer ke kita, setelah itu bayar penuh ke dia.”

Panel 4. Diskusi antara suami istri majikan. Majikan laki-laki: “Gimana, Bu?”

Panel 5. Majikan perempuan: “Ambil saja, Pak. Kita butuh.”

Halaman 7 
Panel 1. Sur sampai di rumah majikannya.

Panel 2. Sur dan majikannya bertemu untuk pertama kali. Majikan perempuan: “Ini Mbak Pembantu, ya?” Suryati: “Hehe, iya. Betul, Bu.”

Panel 3. Majikan menerangkan kondisi rumah kepada Sur. Majikan laki-laki: “Ini ruang tamu…Kalau belakangnya itu dapur.” Suryati: “Ehh, iya, Pak.” Majikan perempuan: “Gaji Mbak per bulannya S$550, tapi terima hanya S$50 selama 8 bulan pertama.” Suryati: “Emm, iya, Bu.”

Panel 4. Sur sibuk memasak.

Panel 5. Sur berhenti sejak dan bernafas.

Panel 6. Sur membersihkan rumah.

Panel 7. Sur menyetrika baju.

Halaman 8
Panel 1. Sambil bekerja, Sur menelpon teman-temannya untuk bertemu di luar pada hari libur. Suryati: “Jeng, besok nongkrong di tempat seperti biasanya, ya–”

Panel 2. Sur bertemu sesama PRT di keramaian. Suryati: “Aduh, gimana nih, aku cuma nerima S$50 per bulan!” Teman 1: “Yah, nggak usah jajan!” Teman 2: “Keluar gini, tahan jangan sampai lewat S$10.”

Panel 3. Percakapan Sur dengan Ibunya. Ibu: “Bisa ngirim?” Sur: “Belum, Bu…” Ibu: “Kok kerja gak bisa ngirim? Piye tho?”

Panel 4. Kondisi Ibu Sur pada bulan berikutnya. Rakan: “Hallo, Sur? Ibumu lagi sakit.”

Panel 5. Suryati: “Haduh uangku tinggal S$50.”
Halaman 9
Panel 1. Sur dan majikan menonton berita TV tentang TKW yang dipotong gajinya. Wartawan: “Pak, ada keluhan pemotongan gaji TKW.” Pejabat Singapura: “Semua ada biayanya. Itu bisnis antara agensi dari Indonesia dan Singapura.” Wartawan: “Tapi, Pak?” Pejabat Singapura: “Pemotongan itu didasarkan oleh kontrak yang dibuat di Indonesia oleh pihak warga Indonesia.”

Panel 2. Pejabat Singapura: “Pihak Singapura tidak bisa ikut campur. Jadi, agensi di Singapura hanya membantu mengumpulkan & mengirimkannya ke agen Indonesia. Tidak ada hak yang dilanggar oleh agensi dan majikan Singapura karena gaji dibayar penuh.
Cuma sang pekerja harus membayar utang kepada agen Indonesia sesuai kontrak.” Suryati memikir: “Emang serakah agenku. Kena tipu nih. Mudah-mudahan majikanku baik.” Majikan memikir: “Wah, kita cuma ikut aturan. Pokoknya tidak kelaparan dia.”

Panel 3. Sur dan majikan menonton wawancara aktivis di Indonesia lewat acara yang sama. Reporter: “TKW hampir tidak menerima gaji selama 8 bulan. Bagaimana ini, Bu?” Aktivis Indonesia: “Memang masalahnya mulai dari agen di Indonesia yang serakah dan memeras para pekerja migran kita. Mereka harus ditindak. Menurut peraturan pemerintah, TKW kita cuma harus membayar maksimal 12,6 juta rupiah. Kenapa gaji mereka dipotong lebih dari 40 juta rupiah?”

Related Articles