Pekerja migran seringkali dilihat sebagai “perantau” dan terpisah dari lingkungan sekitarnya di Singapura. Tetapi, kegiatan sastra seperti lokakarya puisi dan kelas menulis kreatif telah membantu meruntuhkan tembok-tembok pembatas tersebut dan mempersempit jarak antara mereka dan lingkungannya.
